• Grebeg Alas Susuk Wangan

    Grebeg ALAS Susuk Wangan adalah kegiatan budaya yang berbasis pada tradisi warga dalam memelihara sumber air yang dipadu dengan penanaman pohon...

  • Yuk Selfie Di Sini!

    Artistic Billboard yang dipasang menjelang Grebeg Alas Susuk Wangan 2017 ternyata menarik perhatian netizen untuk berfoto ria...

  • Air Terjun Panglebur Gongso

    Adalah salah satu ikon wisata Desa Gondang. Walaupun ketinggiannya hanya sekitar 10m, air terjun ini unik karena terdapat gua di bawahnya...

Senin, 22 Februari 2016

Grebeg Alas Susuk Wangan, Ajakan Agar Masyarakat Mencintai Hutan

KENDAL, KOMPAS.com - Hutan yang ada di lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah, harus dilestarikan sebab di dalamnya ada kehidupan dan peradaban.

Apabila hutan gunung itu rusak, kehidupan dan peradaban sekitarnya akan musnah. Jangan menebang pohon sembarangan, jangan membakar lahan sembarangan, dan tidak boleh mengambil atau mengeruk tanahnya.

Budayawan asal Semarang, Kyai Budi Harjono, mengemukakan hal itu dalam diskusi Grebek Alas Susuk Wangan di Limbangan Kabupaten Kendal, Sabtu (20/2) malam. 



Budi menjelaskan, bentuk gunung seperti caping yang biasa digunakan petani. Selain untuk melindungi diri dari panas, caping juga bisa diartikan sebagai simbol kehidupan manusia.

“Bentuk caping adalah melingkar dan kemudian mengerucut. Artinya, semua kegiatan kita sebagai manusia, ujung-ujungnya akan mengrucurut kepada Allah SWT. Sebagai manusia, kita harus saling bergandengan tangan, tolong-menolong, meskipun berbeda agama, suku, bahasa dan bangsa. Sebab, semua nantinya akan menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa,” tambahnya.

Budi mengajak semua orang untuk mencintai bumi karena bumi adalah peninggalan warisan anak cucu.

Pembicara lain dalam diskusi itu, Siswadi, menjelaskan hasil penelusuran pegiat-pegiat lingkungan yang menyebutkan luasan hutan alam semakin menyempit. Hal itu karena hutan terus ditebang, dirambah, dibakar, diberi obat supaya tanamannya mati. Satwa liar semakin langka dan habitatnya semakin terdesak.

Peneliti itu menambahkan, hutan yang ada di Limbangan Boja itu sebagian sudah beralih fungsi.

“Untuk itu, saya mengajak kepada masyarakat yang tinggal di Desa Pakis, Desa Sumberahayu, Desa Gondang, dan Desa Limbangan, supaya bisa merawat hutan yang ada di sekitar sini. Supaya alam tetap ramah dan bersahabat dengan kita, sehingga tidak marah dan tidak terjadi bencana,” katanya. 



Kepala Desa Gondang Limbangan, Yudhi Susanto, mengatakan bahwa acara Grebek Alas Susuk Wangan, digelar selama dua hari, Jumat dan Sabtu (20/2). Acara Grebek Alas Susuk Wangan itu diisi dengan penanaman pohon bersama, dialog dan diskusi lingkungan, dan kampanye budaya.

“Ada sekitar 18 desa yang berbatasan langsung dengan hutan gunung Ungaran. Kalau kita tidak merawat hutan di sini, maka bisa berakibat fatal,” kata Yudhi.

Ia menjelaskan, perlu adanya kesadaran dari semua pihak, terutama masyarakat sekitar hutan untuk itu merusak hutan.

“Kami juga meminta kepada pemerintah Kendal, Perhutani, dan lainnya untuk bisa membantu menjaga kelestarian hutan ini. Kami ingin anak cucu kami masih bisa melihat hutan mereka,” tambahnya.

Sumber: Kompas.Com

Minggu, 21 Februari 2016

Tradisi Susuk Wangan, Melestarikan dan Memelihara Air Sebagai Sumber Kehidupan

Komunitas Soma Manis bekerjasama dengan Pemerintah Desa Gondang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal menyelenggarakan "Grebeg ALAS (Amrih Lestari Ananing Sumber) Susuk Wangan", Jumat Wage 19 Pebruari 2016. Ini adalah kegiatan budaya yang berbasis pada tradisi warga dalam memelihara air, yang dipadu dengan penanaman pohon di sekitar Gunung Ungaran.

Acara dipusatkan di Lapangan Dusun Nambangan, Desa Gondang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Acara ini melibatkan warga setempat, perwakilan masyarakat dari 21 desa di sekeliling hutan Gunung Ungaran, para pegiat lingkungan, Koramil Limbangan, Koramil Sumowono, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), serta beberapa stackholder yang lain.

Acara ini dibuka Jumat pagi dengan Upacara Tradisi Susuk Wangan yang dilaksanakan di Kali Gongso yang letakknya tidak jauh dari Lapangan Dusun Nambangan. Akses menuju kali Gongso tersebut relatif ekstrim. Harus ekstra hati-hati dalam menyusuri jalan setapak menuju sungai itu.

Sesampai di kali gongso, para warga segera malakukan bersih kali. Beberapa warga lain menyiapkan ubo rampe untuk selamatan, yaitu membuat ayam panggang tanpa bumbu sebagai lauk dalam makan tumpeng bersama setelah selamatan. Ayam bakar tadi dicincang menjadi kecil-kecil lembut dicampur dengan daun code yaitu tanaman liar disekitar kali gongso yang menjadi lalapan khas di desa Gondang.

Setelah bersih kali selesai, baru selamatan dimulai. Kepala Desa dan sesepuh desa Gondang melaksanakan ritual permohonan ijin kepada Sang Pencipta yang dilakukan dibebatuan teratas pada sungai tersebut. setelah sesaji ditaruh oleh sesepuh desa, acarapun dimulai. Dalam acara ini dilakukan juga penanaman pohon secara simbolis oleh Camat Limbangan, perwakilan Koramil Limbangan, perwakilan Koramil Sumowono, Kepala dan Sekretaris Desa Gondang.

Selamatan selesai, para peserta upacara susuk wangan tersebut segera menikmati makanan yang telah disiapkan. Menyatu dengan alam, suara air sungai dan segarnya angin lereng Gunung Ungaran, menambah kenikmatan saat menikmati makan pagi menjelang siang itu.

SUSUK WANGAN

“Susuk Wangan”, merupakan upacara adat dan tradisi dimana seluruh warga masyarakat desa membawa panggang ayam kampung dan tumpeng yang dibawa ke sumber air, serta disajikan dan mohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal itu dimaksud agar air yang digunakan warga masyarakat desa menjadi sangat berarti dan bermanfaat besar bagi segenap warga masyarakat semuanya. Oleh karena itu, warga masyarakat dan para pengunjung berdoa bersama di dekat sumber air tersebut.

Pelaksanaan acara adat “Susuk Wangan” tidak hanya ditujukan pada sumber air bersih (air minum), tetapi juga diarahkan pada sumber air yang bermanfaat untuk mengaliri sawah-sawah. Oleh karena itu, para pemilik sawah juga ikut serta dalam tradisi tersebut.

Upacara adat dan tradisi “Susuk Wangan” sekarang ini mampu menghadirkan warga masyarakat dan pengunjung yang luar biasa banyaknya. Upacara tersebut dilaksanakan oleh warga masyarakat desa setempat yang mendapat dukungan dari pemerintah desa sampai tingkat yang lebih atas lagi.
Dengan adanya acara ritual “Susuk Wangan” tersebut menjadikan warga masyarakat desa wisata ini bertambah lebih bersemangat dan lebih percaya diri serta meyakini bahwa desa mereka mempunyai potensi alam yang luar biasa.