Selain itu, ritual juga mengenang kepada Mbah Sunan Bromo atau Pangeran Bagus Aji, yang telah membuat saluran irigasi dari sumber air bernama susuk wangan. Mereka membawa berbagai macam makanan. Seperti, ayam, nasi bondet, daun codet, mie, dan sayur-sayuran yang sudah dimasak.
Masyarakat berjalan kaki menuju Wangan Tukung untuk melakukan ritual utama Tradisi Grebeg Alas Susuk Wangan. Ritual diawali dengan menyembelih satu ekor ayam tukung, yakni ayam yang tidak memiliki ekor dan menyembelih beberapa ekor ayam biasa untuk dimasak. Tanpa jeroan, ayam tukung dan ayam lainnya dimasak dengan cara dibakar. Sedangkan warga lainnya mempersiapkan menu lainnya sebagai menu pendamping ayam bakar. Selain itu, warga juga melakukan bersih-bersih di saluran irigasi yang dinamakan irigasi Wangan Tukung.
Setelah ayam tukung dan menu lainnya matang, tokoh agama desa mempersiapkan prosesi utama dari grebek alas susuk wangan. Nasi bondet merupakan nasi yang dimasak dicampur dengan beras ketan. Sesaji kemudian diletakkan di batu besar. Batu besar itu merupakan tempat duduk untuk bertapanya Mbah Sunan Bromo. Usai ritual doa persembahan, ritual dilanjutkan dengan makan bersama yang dihidangkan di atas lembaran daun pisang.
"Tradisi ini dilakukan setiap tahun sebagai wujud syukur warga kepada Tuhan dan Mbah Bromo yang telah membuat saluran irigasi dari sumber mata air," kata Adi Wismono, kadus Penggik.
Camat Limbangan Widodo mengatakan, pihaknya menyambut baik dan mendukung tradisi ini sebagai pelestarian budaya yang terkait dengan pengairan di wilayah Kecamatan Limbangan. Saluran irigasi ini dibuat oleh Mbah Sunan Bromo atau Pangeran Bagus Aji berasal dari Kasultanan Cirebon yang oleh masyarakat dikenal sebagai sosok pemberani yang telah membuat saluran irigasi Wangan Tukung sebagai sarana mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian di Desa Gondang.
"Tradisi ini telah dilakukan warga bertahun-tahun sebagai wujud syukur warga terhadap Tuhan yang telah memberikan kelimpahan air yang digunakan warga untuk irigasi," kata dia.