• Grebeg Alas Susuk Wangan

    Grebeg ALAS Susuk Wangan adalah kegiatan budaya yang berbasis pada tradisi warga dalam memelihara sumber air yang dipadu dengan penanaman pohon...

  • Yuk Selfie Di Sini!

    Artistic Billboard yang dipasang menjelang Grebeg Alas Susuk Wangan 2017 ternyata menarik perhatian netizen untuk berfoto ria...

  • Air Terjun Panglebur Gongso

    Adalah salah satu ikon wisata Desa Gondang. Walaupun ketinggiannya hanya sekitar 10m, air terjun ini unik karena terdapat gua di bawahnya...

Kamis, 29 Desember 2016

Buah Hati FC


Tim ini terbentuk bermula dari kumpulan para pemuda se-Desa Gondang yang hobby bermain sepakbola atau futsal. Sejak dibentuk pada tahun 2010, sampai sekarang tim ini masih aktif melakoni berbagai  pertandingan, namun lebih sering pertandingan futsal baik itu yg bersifat persahabatan ataupun turnamen.
Prestasi terbaik yg didapat tim ini adalah Juara ke-3 pada Turnamen Futsal se-Kab. Kendal yg diselenggarakan di Weleri pada akhir tahun 2016 ini.
Semoga ke depan semakin solid dan berprestasi.

[Rifki Puji Nugroho - 12/2016]

Sabtu, 12 November 2016

Berwisata Sambil Belajar

Kegiatan pembelajaran di luar sekolah merupakan hal wajib yang harus dikondisikan untuk menunjang kemampuan peserta didik. Desa Gondang diberkahi dengan keindahan alam yang mempesona dan tradisi pemanfaatan potensi alam sehingga dapat digunakan untuk sarana edukasi.
Wisata Edukasi yang ada di Desa Wisata Gondang diantaranya proses Pembuatan Gula Aren.
Dalam pembelajaran praktik pembuatan gula aren, pengunjung akan mengetahui langkah-langkah pembuatan gula aren, mulai dari proses ketika masih berwujud air nira, kemudian pemasakan air nira, hingga pencetakan. Pengunjung praktik langsung pengolahan air nira menjadi gula aren. Pada akhirnya pengunjung akan dapat menikmati hasil usaha belajarnya setelah gula aren yang dibuat tersebut mendingin.
Tampak dalam ilustrasi gambar adalah  salah satu kegiatan live in Desa Wisata Gondang dari adik-adik SD Universal Ananda, Kendal.

[Dhika Septian - 11/2016]

Sabtu, 17 September 2016

Curug Panglebur Gongso


Mungkin saya bisa bilang kalau Curug Panglebur Gongso adalah surga yg tersembuyi. Tempatnya yg masih alami dengan udara yg masih sejuk serta air yg jernih membuat kita tak mau beranjak dari tempat ini.
Akses ke Curug ini juga mudah dan bisa dijangkau dengan mobil ataupun sepeda motor.
Curug Panglebur Gongso terletak di Dusun Krajan, Desa Gondang, Kec Limbangan, Kab Kendal.
Biaya yang dikenakan untuk masuk ke Curug Panglebur Gongso sangat terjangkau cuma Rp 4.000, sudah termasuk biaya parkir dan dapat senyum manis dari mas-mas yang jaga parkir.
Dari tempat parkir anda harus berjalan kaki sekitar 300 meter untuk sampai ke Curug, tapi tidak perlu khawatir karena di sepanjang jalan anda akan disuguhi pemandangan yg sangat indah.
Setelah sampai ke Curug saya jamin anda tidak akan berlama-lama diam dan akan langsung masuk ke air untuk merasakan nikmat & sejuknya air di Curug Panglebur Gongso.

[Wahyu Andi Kurniawan - 09/2016]

Kamis, 18 Agustus 2016

Kuda Lumping, Salah Satu Kearifan Lokal Yang Dilestarikan di Desa Wisata Gondang


Desa Gondang tak hanya eksis dalam dunia pertanian dan keindahan alamnya namun Desa Gondang tetap sadar akan kesenian sebagai penunjang perkembangan masyarakat Gondang. Dalam hal berkesenian Gondang memiliki satu dari banyak kesenian yaitu Kuda Lumping.
Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat beraneka warna.


Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.
Tidak banyak objek wisata yang mampu menyuguhkan keindahan alam yang diiringi dengan keunikan budaya lokal sebagai introduction budaya Jawa di kalangan publik. Wisata ini mempunyai tujuan sebagai transfer of knowledge pada wisatawan yang belum pernah mengenal budaya kuda lumping, sehingga tercipta suasana wisata dan suasana edukasi bersama.

[Dhika Septian - 08/2016]

Kamis, 28 Juli 2016

Tradisi Metokan


Kegiatan yg masih dilestarikan sampai saat ini bukanlah sekedar makan bersama saja.
Acara ini biasanya dilakukan di hari-hari tertentu, seperti pada saat Maulid Nabi, meyambut datangnya bulan Ramadhan, malam 21 Ramadhan, tanggal 1 Syawal, tanggal 1 Muharram, dan pada hari raya Idul Adha.
Kegiatan ini diawali dengan membawa makanan dari rumah lalu berkumpul bersama di halaman masjid.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan pembacaan doa yg dipimpin oleh Mbah Lebe selaku pemuka agama. Kemudian dilanjutkan dengan saling tukar makanan antar warga. Setelah itu makanan yg sudah ditukar lalu dimakan bersama-sama sampai makanan yg dibawa dari rumah itu habis tak tersisa.

[Wahyu Andi Kurniawan - 07/2016]

Kamis, 14 Juli 2016

Prosedur Pembuatan SKCK

Surat Keterangan Catatan Kepolisian atau biasa di sebut dengan SKCK atau juga dahulu ini disebut SKKB ( Surat Keterangan Kelakuan Baik ). Ada beberapa macam kategori SKCK yaitu SKCK dalam tingkat Polsek, Polres dan Polda, dalam tingkat-tingkat dari SKCK itu sendiri tentu saja mempunyai kegunaan dan cakupan masing-masing. Dalam syarat membuat SKCK tingkat Polsek tidak begitu rumit atau susah karena kegunaan sendiri mungkin akan terbatas dalam penggunanya sebagai melamar pekerjaan di instansi Swasta, sebagai persyaratan untuk melanjutkan sekolah, dan pindah penduduk yang saat ini mulai menggunakan atau melampirakan SKCK ini.

Syarat-syarat untuk membuat SKCK di tingkat Polsek sebagai berikut : 

  1. Membawa Surat Keterangan dari RT, Desa / Kel. Pengantar dari Kecamatan ( legislasi Pengantar dari Desa ). 
  2. Fotocopy KTP ( Kartu Tanda Penduduk ) dan KK ( Kartu Keluarga ) sesuai domisili , masing-masing 1 Lembar. 
  3. Pas Foto 4 x 6 sebanyak 4 Lembar ( Background merah Baju berkerah). 

Tersebut dalam nomor 1,2 dan 3 di masukan dalam stomap warna merah untuk laki-laki dan perempuan warna kuning.

Syarat-syarat perpanjang SKCK tingkat Polsek : 

  1. Membawa SKCK lama. 
  2. Pas Foto 4 x 6 sebanyak 3 Lembar ( Background merah Baju berkerah ) 

Tersebut dalam nomor 1 dan 2 di masukan dalam stomap warna merah untuk laki-laki dan perempuan warna kuning
Catatan : Dalam pembuatan SKCK masing-masing Polsek akan berbeda biasanya tergantung dalam sektor masing-masing apabila sudah ada layanan sidik jari pasti itu akan di tambahkan ke persyaratan membuat SKCK, Untuk wilayah Polres Kendal sudah cukup dengan membawa persyaratan yang berada di atas. Dan Untuk perpanjang sendiri tergantung pada Sektor masing-masing juga karena setiap kebijakana akan berbeda-beda dalam satuan masing-masing.

Di Kendal, pembuatan SKCK bisa dilayani dengan cepat. Menurut http://tribratanewskendal.com/, pelayanan pembuatan SKCK dalam 30 menit sudah jadi.
Lebih lanjut mengenai prosedur pembuatan SKCK bisa dilihat di situs resmi Polda Jateng.

Minggu, 12 Juni 2016

Wisata Edukasi : Petik Sayur


Kegiatan petik sayur merupakan salah satu pilihan Wisata Edukasi yang dapat ditawarkan oleh masyarakat Desa Gondang kepada para wisatawan yang akan menikmati keindahan dan proses dalam beraktualisasi pengembangan lingkungan.
Sudah menjadi kegiatan harian bagi masyarakat Desa Gondang untuk mengembangkan desanya dan pemberdayaan masyarakat di sekitarnya melalui pencaharian sebagai petani. Namun masyarakat tidak hanya mampu memproduksi saja melainkan juga menawarkan Wisata Edukasi dalam mendistribusikan hasil pertaniannya.

Desa Gondang selama ini mampu menghasilkan berbagai jenis sayur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat internal maupun kebutuhan pasar seperti tomat, kubis, wortel, mentimun, sawi, dan cabai. Wisatawan dapat memilih jenis sayur yang terdapat di desa Gondang sebagai objek petik sayur yang nantinya dapat dijadikan referensi bagi pengunjung.
Hasil bumi di Kepulauan Jawa sangat tidak diragukan dari aspek keunggulannya maupun dari perspektif pengelolaannya. Hal ini mampu diaktualisasikan dari berbagai daerah yang mengembangkan potensi alam dari hasil pertanian dan salah satu desa yang menerapkan ini adalah Desa Gondang sebagai objek wisata edukasi. Bagi wisatawan yang melangkahkan kaki untuk menikmati hasil bumi di desa ini akan mendapatkan banyak kemanfaatan dari segi sosial budaya, pertanian sampai memanjakan mata dengan keindahan penghijauan di Desa Gondang, Kec. Limbangan, Kab. Kendal.

[Dhika Septian - 06/2016]

Senin, 22 Februari 2016

Grebeg Alas Susuk Wangan, Ajakan Agar Masyarakat Mencintai Hutan

KENDAL, KOMPAS.com - Hutan yang ada di lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah, harus dilestarikan sebab di dalamnya ada kehidupan dan peradaban.

Apabila hutan gunung itu rusak, kehidupan dan peradaban sekitarnya akan musnah. Jangan menebang pohon sembarangan, jangan membakar lahan sembarangan, dan tidak boleh mengambil atau mengeruk tanahnya.

Budayawan asal Semarang, Kyai Budi Harjono, mengemukakan hal itu dalam diskusi Grebek Alas Susuk Wangan di Limbangan Kabupaten Kendal, Sabtu (20/2) malam. 



Budi menjelaskan, bentuk gunung seperti caping yang biasa digunakan petani. Selain untuk melindungi diri dari panas, caping juga bisa diartikan sebagai simbol kehidupan manusia.

“Bentuk caping adalah melingkar dan kemudian mengerucut. Artinya, semua kegiatan kita sebagai manusia, ujung-ujungnya akan mengrucurut kepada Allah SWT. Sebagai manusia, kita harus saling bergandengan tangan, tolong-menolong, meskipun berbeda agama, suku, bahasa dan bangsa. Sebab, semua nantinya akan menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa,” tambahnya.

Budi mengajak semua orang untuk mencintai bumi karena bumi adalah peninggalan warisan anak cucu.

Pembicara lain dalam diskusi itu, Siswadi, menjelaskan hasil penelusuran pegiat-pegiat lingkungan yang menyebutkan luasan hutan alam semakin menyempit. Hal itu karena hutan terus ditebang, dirambah, dibakar, diberi obat supaya tanamannya mati. Satwa liar semakin langka dan habitatnya semakin terdesak.

Peneliti itu menambahkan, hutan yang ada di Limbangan Boja itu sebagian sudah beralih fungsi.

“Untuk itu, saya mengajak kepada masyarakat yang tinggal di Desa Pakis, Desa Sumberahayu, Desa Gondang, dan Desa Limbangan, supaya bisa merawat hutan yang ada di sekitar sini. Supaya alam tetap ramah dan bersahabat dengan kita, sehingga tidak marah dan tidak terjadi bencana,” katanya. 



Kepala Desa Gondang Limbangan, Yudhi Susanto, mengatakan bahwa acara Grebek Alas Susuk Wangan, digelar selama dua hari, Jumat dan Sabtu (20/2). Acara Grebek Alas Susuk Wangan itu diisi dengan penanaman pohon bersama, dialog dan diskusi lingkungan, dan kampanye budaya.

“Ada sekitar 18 desa yang berbatasan langsung dengan hutan gunung Ungaran. Kalau kita tidak merawat hutan di sini, maka bisa berakibat fatal,” kata Yudhi.

Ia menjelaskan, perlu adanya kesadaran dari semua pihak, terutama masyarakat sekitar hutan untuk itu merusak hutan.

“Kami juga meminta kepada pemerintah Kendal, Perhutani, dan lainnya untuk bisa membantu menjaga kelestarian hutan ini. Kami ingin anak cucu kami masih bisa melihat hutan mereka,” tambahnya.

Sumber: Kompas.Com

Minggu, 21 Februari 2016

Tradisi Susuk Wangan, Melestarikan dan Memelihara Air Sebagai Sumber Kehidupan

Komunitas Soma Manis bekerjasama dengan Pemerintah Desa Gondang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal menyelenggarakan "Grebeg ALAS (Amrih Lestari Ananing Sumber) Susuk Wangan", Jumat Wage 19 Pebruari 2016. Ini adalah kegiatan budaya yang berbasis pada tradisi warga dalam memelihara air, yang dipadu dengan penanaman pohon di sekitar Gunung Ungaran.

Acara dipusatkan di Lapangan Dusun Nambangan, Desa Gondang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Acara ini melibatkan warga setempat, perwakilan masyarakat dari 21 desa di sekeliling hutan Gunung Ungaran, para pegiat lingkungan, Koramil Limbangan, Koramil Sumowono, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), serta beberapa stackholder yang lain.

Acara ini dibuka Jumat pagi dengan Upacara Tradisi Susuk Wangan yang dilaksanakan di Kali Gongso yang letakknya tidak jauh dari Lapangan Dusun Nambangan. Akses menuju kali Gongso tersebut relatif ekstrim. Harus ekstra hati-hati dalam menyusuri jalan setapak menuju sungai itu.

Sesampai di kali gongso, para warga segera malakukan bersih kali. Beberapa warga lain menyiapkan ubo rampe untuk selamatan, yaitu membuat ayam panggang tanpa bumbu sebagai lauk dalam makan tumpeng bersama setelah selamatan. Ayam bakar tadi dicincang menjadi kecil-kecil lembut dicampur dengan daun code yaitu tanaman liar disekitar kali gongso yang menjadi lalapan khas di desa Gondang.

Setelah bersih kali selesai, baru selamatan dimulai. Kepala Desa dan sesepuh desa Gondang melaksanakan ritual permohonan ijin kepada Sang Pencipta yang dilakukan dibebatuan teratas pada sungai tersebut. setelah sesaji ditaruh oleh sesepuh desa, acarapun dimulai. Dalam acara ini dilakukan juga penanaman pohon secara simbolis oleh Camat Limbangan, perwakilan Koramil Limbangan, perwakilan Koramil Sumowono, Kepala dan Sekretaris Desa Gondang.

Selamatan selesai, para peserta upacara susuk wangan tersebut segera menikmati makanan yang telah disiapkan. Menyatu dengan alam, suara air sungai dan segarnya angin lereng Gunung Ungaran, menambah kenikmatan saat menikmati makan pagi menjelang siang itu.

SUSUK WANGAN

“Susuk Wangan”, merupakan upacara adat dan tradisi dimana seluruh warga masyarakat desa membawa panggang ayam kampung dan tumpeng yang dibawa ke sumber air, serta disajikan dan mohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal itu dimaksud agar air yang digunakan warga masyarakat desa menjadi sangat berarti dan bermanfaat besar bagi segenap warga masyarakat semuanya. Oleh karena itu, warga masyarakat dan para pengunjung berdoa bersama di dekat sumber air tersebut.

Pelaksanaan acara adat “Susuk Wangan” tidak hanya ditujukan pada sumber air bersih (air minum), tetapi juga diarahkan pada sumber air yang bermanfaat untuk mengaliri sawah-sawah. Oleh karena itu, para pemilik sawah juga ikut serta dalam tradisi tersebut.

Upacara adat dan tradisi “Susuk Wangan” sekarang ini mampu menghadirkan warga masyarakat dan pengunjung yang luar biasa banyaknya. Upacara tersebut dilaksanakan oleh warga masyarakat desa setempat yang mendapat dukungan dari pemerintah desa sampai tingkat yang lebih atas lagi.
Dengan adanya acara ritual “Susuk Wangan” tersebut menjadikan warga masyarakat desa wisata ini bertambah lebih bersemangat dan lebih percaya diri serta meyakini bahwa desa mereka mempunyai potensi alam yang luar biasa.