• Grebeg Alas Susuk Wangan

    Grebeg ALAS Susuk Wangan adalah kegiatan budaya yang berbasis pada tradisi warga dalam memelihara sumber air yang dipadu dengan penanaman pohon...

  • Yuk Selfie Di Sini!

    Artistic Billboard yang dipasang menjelang Grebeg Alas Susuk Wangan 2017 ternyata menarik perhatian netizen untuk berfoto ria...

  • Air Terjun Panglebur Gongso

    Adalah salah satu ikon wisata Desa Gondang. Walaupun ketinggiannya hanya sekitar 10m, air terjun ini unik karena terdapat gua di bawahnya...

Sabtu, 04 November 2017

Lomba Gapura Heppiii 2017




Peringati HUT Kemerdekaan RI ke72 Dinas Pendidikan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kendal gandeng Djarum 76 gelar lomba gapura Desa di Kabupaten Kendal tahun 2017. Lomba Gapura hepi diikuti seluruh kecamatan di Kabupaten Kendal. 

Kepala Bidang Pariwisata Mardi Edi mengatakan, Disporapar bekerjasama dengan Djarum 76 mengadakan lomba resik gapura dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke72 yang diikuti 17 desa yang ada di Kabupaten Kendal.
“Kegiatan ini bermaksud untuk merangsang kegiatan di desa agar masyarakat bisa menyadari kalau pentingnya keberadaan pariwisata desa agar masyarakat bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dengan mengembangkan UMKM yang ada di desa,” 

“Dari 17 gapura di Desa yang terpilih nantinya hanya dipilih 6 Desa untuk menjadi juara pada perlombaan resik gapura, akan tetapi nantinya 17 desa ini akan dibantu program kebutuhan desa untuk kebersihan sebagai contoh tempat sampah, MCK,  sanitasi dan lainnya.
Sedangkan untuk kriteria atau poin-poin sebagai dasar lomba yang harus diikuti oleh peserta, antara lain konstruksi dan estiteka 1-15 poin, untuk keindahan dan kesersihan 1-20 poin, kebersihan dan sanitasi 1-20 poin, nabung buat Desa 1-30 poin dan sosial media 1-15 poin.
“Nantinya akan diambil 6 juara yakni juara 1-2-3 dan harapan 1-2-3, bagi desa yang masuk pada aitem yang ada dan memiliki jumlah poin tertinggi maka desa tersebut menjadi pemenang lomba gapura tahun 2017 ini,” terangnya.


"Gapura Desa Wisata  Gondang" Kecamatan Limbangan meraih juara pertama Lomba Gapura Hepi tingkat Kab Kendal tahun 2017, penilaian meliputi  segi keindahan, kebersihan dan desain gapura. Penilaian dilakukan oleh Tim Penilai yang langsung ke lokasi gapura yang dinilai. Tim hanya menilai 32 gapura, yang merupakan hasil seleksi dari masing-masing kecamatan. “Penilaian tidak hanya bentuk gapura yang bagus, tapi lingkungan gapura juga dinilai kebersihannya,”katanya.

Kepala Bidang Pariwisata pada Disporapar Kendal, Edy Mardi Susilo mengatakan, kegiatan lomba gapura ini dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Kendal dan HUT Kemerdekaan RI tahun 2017. “Dengan lomba gapura ini diharapkan desa-desa saling berlomba memperindah wajah desanya,”ucapnya.

Semoga Kedepan Desa Wisata Gondang bisa terus maju dan lebih berkembang lagi. 

Gondang Bisa!!!

Rudhi Kurnia Rahman

Rabu, 29 Maret 2017

Gondang Ikuti Lomba Desa Tingkat Kabupaten

Gondang, 29 Maret 2017.
Tidak semua desa dan kelurahan beranggapan bahwa event Lomba Desa dan Kelurahan penting untuk diikuti. Barangkali karena dianggap tidak banyak memberi manfaat bagi desa atau kelurahannya. Namun, bagi kami warga Desa Gondang, Kec. Limbangan, Kab. Kendal, Lomba Desa dan Kelurahan sangat penting dan sangat bermanfaat, untuk memotivasi kami sendiri dalam mengembangkan desa agar semakin maju.
Pada tahun 2017 ini, desa kami terpilih dalam kegiatan Lomba Desa dan Kelurahan tingkat Kabupaten Kendal.
Lomba Desa dan Kelurahan, merupakan salah satu agenda tahunan pemerintah  yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 2015 tentang Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan. Direktorat Jenderal Bina Pemdes adalah pihak yang bertanggung jawab mengemban tugas penyelenggaraannya. Adapun indikator penilaian Lomba Desa dan Kelurahan  adalah; pendidikan, kesehatan masyarakat, ekonomi masyarakat, keamanan dan ketertiban, partisipasi masyarakat, pemerintahan, lembaga kemasyarakatan, dan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga.
Sesuai dengan Permendagri No. 81/2015 tersebut, Lomba Desa dan Kelurahan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan yang ruang lingkupnya meliputi:

  • Evaluasi perkembangan desa dan kelurahan; 
  • Perlombaan desa dan kelurahan; 
  • Pekan inovasi perkembangan desa dan kelurahan; dan 
  • Penentuan lokasi labsite untuk model pengembangan desa dan kelurahan.  (Bab III, Pasal 4,  Permendagri No. 81/2015)

Dalam kunjungan Tim Penilai Lomba Desa Tingkat Kabupaten Kendal (29/03), Kepala Desa Gondang, Yudhi Susanto memberikan paparan selama kurang lebih 1 jam di depan Tim Penilai, dilanjutkan dengan penilaian sesuai dengan indikator yang ada baik dalam bidang administrasi desa maupun dalam bidang lainnya. Setelah selesai seluruh rangkaian kegiatan, acara ditutup dengan sambutan Camat Limbangan, Widodo, yang berisi harapan agar Desa Gondang bisa mewakili Kendal untuk berlaga di Lomba Desa dan Kelurahan di tingkat Provinsi Jawa Tengah.

Pemaparan Kepala Desa Gondang, Yudhi Susanto di depan Tim Penilai Lomba Desa Kab. Kendal


Wawancara oleh Tim Penilai Lomba Desa Kab. Kendal sesuai bidang penilaian.
Kepala Desa Gondang, Yudhi Susanto (tanda x) didampingi Camat Limbangan, Widodo (tanda xx) memberikan penjelasan kepada Tim Penilai Lomba Desa Kab. Kendal dalam kunjungan di lapangan. 
Penilaian Lomba Desa ini bagi kami warga Desa Gondang memberikan kesan tersendiri  karena memberi motivasi dan memacu semangat kepada kami semua baik pemuda dan pemudi desa, perangkat desa, lembaga-lembaga desa, dan seluruh anggota masyarakat untuk berlomba dan bersaing secara sportif dan positif dalam membangun Desa Gondang menjadi salah satu Desa Unggulan di Kabupaten Kendal yang lebih maju di segala bidang.
Gondang BISA!!!

[Rudhi Kurnia Rahman – 03/2017]

Senin, 20 Maret 2017

Photo Booth Desa Wisata Gondang Menarik Perhatian Netizen


Hai guys.
Di Desa Wisata Gondang ada tempat baru yang bagus untuk foto-foto lho!
Tempat ini terletak di Dusun Krajan, Desa Gondang tidak jauh dari perbatasan Desa Wisata Gondang dari arah Limbangan.
Adalah sebuah artistic billboard yang dipasang menjelang diselenggarakannya Grebeg Alas Susuk Wangan 2017, tak disangka menarik perhatian banyak orang yang melewatinya sehingga mereka meluangkan waktu sejenak untuk berhenti dan berfoto ria di depan billboard tersebut, dan tentunya karena kekinian, foto-foto tersebut kemudian beredar di sosial media.
"Bentuknya sangat Instagramable", demikian menurut Dhika Septian, pemuda warga Desa Gondang.
Billboard ini sangat sederhana. Terbuat dari bahan-bahan sederhana antara lain bambu dan ban bekas. Namun karena sentuhan tangan trampil berjiwa seni, artistic billboard ini terlihat sangat menarik dengan latar belakang pemandangan persawahan Desa Gondang yang asri.
Jika anda lewat tempat ini, jangan sampai lupa untuk berhenti sejenak mengabadikan kenangan indah di Desa Wisata Gondang.

[Wahyu Andy Kurniawan - 03/2017]

Minggu, 12 Maret 2017

Grebeg Alas Susuk Wangan 2017 : Nguri-uri Tradisi Melestarikan Sumber Air

Ratusan warga tampak berkumpul di halaman Masjid At-Taqim. Tradisi yang digelar 10-11 Maret 2017 ini merupakan sebagai bentuk ucapan rasa syukur dan terima kasih masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan air yang memenuhi saluran irigasi untuk sumber kebutuhan untuk lahan pertanian. Dalam tradisi tersebut warga mempersembahkan ayam tukung dan nasi bondet dan juga melakukan makan bersama.
Selain itu, ritual  juga mengenang kepada Mbah Sunan Bromo atau Pangeran Bagus Aji, yang telah membuat saluran irigasi dari sumber air bernama susuk wangan. Mereka membawa berbagai macam makanan. Seperti, ayam, nasi bondet, daun codet, mie, dan sayur-sayuran yang sudah dimasak.


Masyarakat berjalan kaki menuju Wangan Tukung untuk melakukan ritual utama Tradisi Grebeg Alas Susuk Wangan. Ritual diawali dengan menyembelih satu ekor ayam tukung, yakni ayam yang tidak memiliki ekor dan menyembelih beberapa ekor ayam biasa untuk dimasak. Tanpa jeroan, ayam tukung dan ayam lainnya dimasak dengan cara dibakar. Sedangkan warga lainnya mempersiapkan menu lainnya sebagai menu pendamping ayam bakar. Selain itu, warga juga melakukan bersih-bersih di saluran irigasi yang dinamakan irigasi Wangan Tukung.
Setelah ayam tukung dan menu lainnya matang, tokoh agama desa mempersiapkan prosesi utama dari grebek alas susuk wangan. Nasi bondet merupakan nasi yang dimasak dicampur dengan beras ketan. Sesaji kemudian diletakkan di batu besar. Batu besar itu merupakan tempat duduk untuk bertapanya Mbah Sunan Bromo. Usai ritual doa persembahan, ritual dilanjutkan dengan makan bersama yang dihidangkan di atas lembaran daun pisang.
"Tradisi ini dilakukan setiap tahun sebagai wujud syukur warga kepada Tuhan dan Mbah Bromo yang telah membuat saluran irigasi dari sumber mata air,"  kata Adi Wismono, kadus Penggik.
Camat Limbangan Widodo mengatakan, pihaknya menyambut baik dan mendukung tradisi ini sebagai pelestarian budaya yang terkait dengan pengairan di wilayah Kecamatan Limbangan. Saluran irigasi ini dibuat oleh Mbah Sunan Bromo atau Pangeran Bagus Aji berasal dari Kasultanan Cirebon yang oleh masyarakat dikenal sebagai sosok pemberani yang telah membuat saluran irigasi Wangan Tukung sebagai sarana mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian di Desa Gondang.
"Tradisi ini telah dilakukan warga bertahun-tahun sebagai wujud syukur warga terhadap Tuhan yang telah memberikan kelimpahan air yang digunakan warga untuk irigasi," kata dia.


Sabtu, 11 Maret 2017

Grebeg Alas Susuk Wangan 2017 Kembali Digelar


Desa Wisata Gondang pada tahun 2017 ini kembali menggelar Grebeg Alas Susuk Wangan tepatnya pada hari Jum'at dan Sabtu, 10-11 Maret 2017.
Grebeg Alas Susuk Wangan (GASW) merupakan tema acara yang dilakukan setap setahun sekali. Tradisi ini dilakukan untuk menghormati tradisi, diawali dengan bersih-bersih saluran air yang dipergunakan untuk mengairi sawah, dan dipadu dengan kegiatan penanaman pohon di seputar Gunung Ungaran di sekitar Desa Gondang.
“Setelah selesai bersih-bersuh kemudian dilakukan ritual penyembelihan ayam tukung (ayam yang tidak memiliki ekor) kemudian dipanggang di hulu sungai tersebut. Setelah matang, ayam ditaruh di atas nasi yang sudah digelar di atas daun pisang kemudian dilakukan selamatan bersama,” kata Zaenurrahim, salah seorang pegiat lingkungan.


Zaenurrahim melanjutkan, dengan selamatan tersebut diharapkan air yang mengiri sawah terus bisa lancar dan panen bisa melimpah. Acara kemudian dilanjutkan dengan penanaman pohon di sekitar sumber mata air secara bersama.

“Karena dengan menjaga pohon dan menanamnya maka sumber mata air terus akan tetap besar dan debit air tidak berkurang, karena kebutuhan akan air semakin meningkat, bukan hanya untuk mengairi sawah tapi juga untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan mandi,” paparnya.


Dalam acara tersebut juga ditampilkan pementasan kesenian rakyat setempat, selain untuk mempertahankan kesenian lokal juga sebagai media mengumpulkan warga setempat. Setelah pagelaran kesenian selesai, acara dilanjutkan dengan sarasehan bermetodekan dialog atau pengajian dengan pembicara beberapa kyai yang menguraikan pentingnya menjaga lingkugan, yang dikaitkan antara hukum Al-quran dengan hukum negara dan budaya warga. Di sinilah substansi penanaman pemahaman terhadap warga, bahwa begitu pentingnya menjaga hutan dari kerusakan. Diharapkan dengan adanya Grebeg Alas Susuk Wangan, petani dan masyarakat luas lebih peduli dengan kondisi debit air yang semakin hari semakin menurun dikarenakan, selain rusaknya hutan dan pemakaian air yang semakin meningkat. Masyarakat juga berharap pemerintah di masa mendatang lebih bijak terhadap penggunaan air, karena sumber-sumber mata air di seputar Gunung Ungaran yang sangat besar menjadi sumber air utama yang diambil oleh PDAM di tiga titik, yaitu Kabupaten Kendal, Kota Semarang, dan Kabupaten Semarang, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, sehingga sudah sepatutnya jika ada alokasi anggaran, baik anggaran Kab/Kota maupun anggaran Provinsi untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari.

[Zaenurrahim - SPI - Sekolah Rakyat - 03/2017]

Rabu, 08 Februari 2017

CARA URUS KTP HILANG

e-KTP sebagai sebuah kartu identitas pokok yang wajib dimiliki seseorang, saat ini bagaikan sebuah kartu sakti yang sangat luar biasa penting dan berharga. Tidak saja karena susahnya ketika membuat, namun dengan berbagai alasan waktu untuk mengurusnya juga memakan waktu yang tak cepat. Ada warga yang hanya untuk selembar KTP membutuhkan waktu 2 tahun baru jadi.
Maka jaga dengan baik e-KTP bila anda sudah memilikinya. Lalu bagaimana cara mengurus KTP elektronik yang hilang? prosedur pengurusan e-KTP yang hilang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 25 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

A. Syarat Pembuatan KTP Elektronik yang Hilang

Adapun persyaratan pengurusan e-KTP yang hilang sesuai dengan Pasal 16 ayat (1): Penerbitan KTP karena hilang atau rusak bagi penduduk Warga Negara Indonesia atau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap, dilakukan setelah memenuhi syarat berupa:
  • Surat keterangan kehilangan dari kepolisian;
  • Fotokopi Kartu Keluarga (KK);
Syarat lain yang tidak ada dalam Perpres tapi juga diperlukan adalah:
  • Pas foto ukuran 2 x 3 atau 3 x 4 sebagai syarat administrasi di kantor Lurah atau Desa.
  • Pas foto ukuran 4 x 6 dengan background warna merah jika tahun kelahiran Anda adalah ganjil danwarna biru jika tahun kelahiran Anda adalah genap sebagai syarat administrasi di kantor Camat.
  • Fotokopi KTP jika ada.
Jadi sebaiknya siapkan foto yang diperlukan untuk mengantisipasi agar Anda tidak perlu bolak-balik.

B. Cara Mengurus e-KTP yang Hilang

Sedang untu prosedur pengurusan e-KTP yang hilang diatur dalam pasal 17 ayat (1) sampai dengan (4), yang secara kronologis dan singkatnya adalah sebagai berikut:
  1. Setelah mendapatkan surat keterangan kehilangan dari kepolisian, mintalah surat pengantar dari RT atau RW setempat.
  2. Lalu datanglah ke kantor Desa atau Kelurahan dan mintalah Formulir Permohonan KTP kepada petugas dengan terlebih dahulu menyerahkan surat pengantar dari RT dan RW setempat.
  3. Setelah didaftar dalam register dan ditandatangani oleh kepala Desa atau Lurah, bawahlah formulir tersebut beserta dengan surat kehilangan dari kepolisian dan foto kopi KK ke kantor Camat.
  4. Sesampai di kantor Camat, tumpuk berkas pada keranjang yang disediakan dan tunggulah panggilan. Tata cara antri dengan penumpukan berkas sudah umum dilakukan di kantor Desa dan Kecamatan, namun belum tentu ini berlaku di wilayah Anda.
  5. Setelah mengumpulkan berkas, Anda akan diberi tanda terima berkas permohonan yang di dalamnya juga terdapat tanggal kapan e-KTP Anda dapat diambil.

C. Biaya Pengurusan e-KTP yang hilang.

Biaya pengurusan e-KTP yang hilang adalah Rp.0,- atau gratis

Dikutip dari: www.kedungjaran.com

Minggu, 05 Februari 2017

Curug Cemoro Kembar


Bagi para pecinta wisata alam, di Desa Gondang tepatnya di Dusun Beku terdapat air terjun yang indah yaitu Curug Cemoro Kembar atau disebut juga Curug Corong karena air terjun ini berada di hulu Kali Corong.
Sama seperti Curug Panglebur Gongso di Dusun Krajan Gondang, Curug Cemoro Kembar ini tidak begitu tinggi. Namun, bilamana Curug Panglebur Gongso mempunyai keunikan yaitu terdapat gua di bawah air terjun, Curug Cemoro Kembar ini mempunyai keunikan lain yang tak kalan indah yakni struktur air terjun yang bertingkat.
Untuk menuju ke Curug ini, wisatawan melewati Dusun Beku, dan setelah memarkir kendaraannya di tempat yang disediakan, cukup berjalan kira-kira 15 menit saja. Di sepanjang jalan, wisatawan disuguhi pemandangan alam yang menarik antara lain ladang pertanian sayuran, gunung dan jurang, juga keindahan huutan alam yang indah. Di Curug ini wisatawan dapat menikmati air Curug Cemoro Kembar yang sejuk ini.
Selamat berkunjung😃

[Masitoh - 02/2017]

Minggu, 08 Januari 2017

Nguri-uri Budaya Jawa


Setiap Sabtu malam Minggu, di desa kami diadakan latihan karawitan. Peralatan yang cukup lengkap dan didukung pelatih yang handal membuat kami bisa berlatih dengan baik.
Peserta latihan karawitan di Desa Wisata Gondang diikuti oleh semua kalangan baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Tentunya masing-masing mempunyai jadwal latihan sendiri-sendiri.
Harapan kami, dengan nguri-uri budaya Jawa atau melestarikan budaya Jawa ini, warisan nenek moyang yang adiluhung dapat terus terpelihara tidak hanya berhenti sampai di sini saja.
Kami bangga punya budaya Jawa.

[Rifki Puji Nugroho - 03/2017'\]